Mataram, Mediajurnalindonesia.id-Bertempat di Aula SMKN 3 Mataram, ratusan guru dari berbagai bidang studi hadir dalam kegiatan Pengimbasan Pembelajaran Mendalam, Selasa (9/9/2025). Sebuah program strategis yang digagas untuk memperkuat kapasitas pendidik sekaligus mengadaptasikan sekolah terhadap tuntutan era digital, termasuk pemanfaatan koding dan kecerdasan artifisial (AI) dalam pembelajaran.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala SMKN 3 Mataram, Sulman Haris, didampingi Ketua Komite Sekolah, Prof. H. Lukman Hakim. Kehadiran keduanya menegaskan dukungan penuh manajemen dan masyarakat dalam upaya menghadirkan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Dalam sambutan pembuka, Prof. Lukman menegaskan bahwa mutu pendidikan sejatinya bertumpu pada kualitas guru. Ia memperkenalkan kerangka “Empat Kuadran Guru” sebagai cermin refleksi diri:
Kuadran I (Guru Profesional): kompetensi tinggi, komitmen tinggi – kategori ideal.
Kuadran II (Analytical Observer): kompetensi tinggi, komitmen rendah – potensi besar namun tak terwujud.
Kuadran III (Drop-Out): kompetensi rendah, komitmen rendah – dianggap minim kontribusi.
Kuadran IV (Unfocused Worker): kompetensi rendah, komitmen tinggi – semangat tinggi namun butuh penguatan keterampilan.
“Guru profesional bukan sekadar pandai mengajar, tetapi juga memiliki komitmen kuat untuk mendidik dengan sepenuh hati,” ujar Prof. Lukman. Ia menambahkan, peningkatan kualitas guru harus bersifat berkelanjutan, baik melalui pelatihan, pengimbasan, maupun refleksi diri.
Materi inti disampaikan oleh Kepala SMKN 3 Mataram, Sulman Haris. Ia mengulas pola pikir bertumbuh (growth mindset) sebagai fondasi perubahan.
“Kalau orang berpikir dengan growth mindset, ia sadar bahwa masalah yang sedikit punya jalan keluar yang banyak. Karena itu jangan menyerah, jangan putus asa. Selalu ada jalan,” tegasnya.
Ia menekankan, pola pikir guru memengaruhi sikap dan tindakan, yang pada gilirannya menentukan hasil belajar siswa. “Pola pikir mendikte tindakan, tindakan menentukan hasil. Mari ubah suara kekhawatiran menjadi suara optimisme,” ujarnya.
Sementara itu Narasumber lainnya Khaerunnisa, menyoroti konsep Pembelajaran Mendalam. Pendekatan ini, menurutnya, bukan sekadar metode, melainkan kerangka menyeluruh yang melibatkan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga.
“Di dalam pembelajaran mendalam terdapat dimensi profil lulusan, prinsip pembelajaran, pengalaman belajar, dan kerangka kerja yang menuntun guru menghadirkan pengalaman belajar yang utuh,” jelasnya.
Khaerunnisa menegaskan, guru harus berperan sebagai fasilitator yang memberi ruang bagi siswa untuk memahami, mengaplikasikan, sekaligus merefleksikan proses belajar mereka.
Materi penutup oleh Nur Kholida, mengurai aspek teknis yang kerap menjadi tantangan guru: Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), serta strategi Inkuiri Kolaboratif.
“Inkuiri kolaboratif memberi ruang siswa untuk bertanya, mencoba, dan menemukan solusi bersama. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih hidup dan dekat dengan dunia nyata,” ungkapnya.
Ia menegaskan pentingnya pemahaman dokumen capaian pembelajaran secara menyeluruh sejak awal, agar guru mampu merancang asesmen dan kegiatan belajar yang relevan. (Red/RJ)
