Ragam Informasi

Ummi Rohmi Sendirian Menolak Kereta Gantung

Mediajurnalindonesia.id

Ahmad Efendi, Pemerhati Sosial politik, Staf Pengajar Sosiologi Agama UIN Mataram

Saya sebagai warga NTB sangat setuju dengan Ummi Rohmi yang menolak pembangunan kreta gantung di Rinjani. Hal ini sejalan dengan banyak gerakan-gerakan global lainnya yang menghendaki adanya pelestarian sumber daya alam lingkungan dan hutan. Gerakan pelestarian lingkungan dan hutan telah menjadi keharusan bagi masyarakat global Jikalau menghendaki alam semesta ini sebagai warisan yang baik lagi bersih bagi generasi ke depan.

Penolakan akan pembangunan kereta gantung yang mengkhawatirkan bagi rusaknya ekosistem lingkungan dan hutan mengemuka beberapa pekan lalu ketika Ummi Rohmi hadir atas udangan BEM Unram dalam rangka membedah visi misi para calon gubernur. Bertiga dengan calon gubernur lainya yaitu Bang Zul dan Miq Iqbal, Ummi Rohmi yang duduk paling kanan sendirian mengangkat kertas bertuliskan out pertanda tidak setuju dengan kreta gantung.

Sikap Ummi Rohmi benar-benar mencerminkan sikap arus utama global dewasa ini. Dengan ada nya fenomena climate change, kerusakan hutan yang luas, terancam hilangnya mata air, menumpuknya sampah plastik di berbagai tempat maka sikap Ummi Rohmi itu sangat lah beralasan lagi sangat visioner. Atas nama manusia yang mempunyai akal pikiran sehat tentunya semua warga masyarakat tidak bisa tidak harus mengapresiasi, mendukung dan setuju dengan sikap Ummi Rohmi.

Jika tidak setuju berarti sikap itu adalah kontra produktif dengan gerakan-gerakan para aktivis lingkungan di seluruh dunia. Apalagi ada konsep sustainable development goal yang sudah lama menjadi tema pembangunan. Jangan sampai tema-tema demikian hanya menjadi pembicaraan kosong di sudut-sudut akademis, birokrasi dan di masyarakat luas lalu menguap ke udara tidak berbekas.

BACA JUGA   Bersama Anggota Forkopimda Lainnya, Kapolda NTB Hadiri Pembukaan Rakornas di Jakarta

Hanya dengan sikap seperti Ummi Rohmi itulah salah satu wujud dari pelaksanaan tema sustainable development goal yang selama ini didengung-dengungkan. Bahkan lebih dari itu teologi yang menjadi sumber sandaran masyarkat beragama pun sudah mengantisipasi akan adanya berbagai kerusakan di darat dan di laut atas ulah manusia itu sendiri. Lalu janganlah pula ditambah-tambah dengan hendak memulai pembangunan kereta gantung yang pada dasarnya mengkonfirmasi berbagai kerusakan ekosistem lingkungan dan hutan yang telah menjadi anugerah maha berharga bagi masyarkat NTB.

Dari sikap Ummi Rohmi yang menolak pembangunan kereta gantung itulah penulis meyakini akan banyak gerbong-gerbong pemuda NTB akan bergabung ke pihak Ummi Rohmi. Untuk itu mari bergandengan tangan untuk membangun NTB ke depan. Siapa pun yang merasa bertanggung jawab dengan kondisi alam terkini sudah selayaknya merasa terpanggil dengan gerakan-gerakan penyelamatan lingkungan dan hutan. Tidak keren sebgai pemuda jikalau tidak peduli pada pelestarian lingkungan dan hutan.

Gerakan Penyelamatan

Sikap Ummi Rohmi yang menolak pembangunan kereta gantung di area Taman Nasional Gunung Rinjani sebenarnya mempunyai pijakan yang kuat. Hal itu bisa dilihat dari wacana-wacana para aktivis lingkungan seperti yang disampaikan oleh Walhi NTB. Tidak itu saja para pihak lain juga mengemukakan hal yang sejalan dengan pendirian Walhi NTB, seperti dari Dewan Penasehat Asosiasi Wisata Indoneaia (ASITA) NTB.

Beberapa alasan penolakan para aktivis lingkungan dan pihak-pihak terkait itu adalah: pertama, rinjani merupakan kawasan adat / warisan budaya bahkan menjadi warisan dunia sebagaimana diakui oleh UNESCO dengan ditetapkanya Rinjani sebgai geopark dunia. Kedua, rinjani menjadi sumber daya hidup, sumber air dan udara bagi seluruh penduduk di pulau Lombok. Jikalau dibangun kreta gantung khawatirnya akan menjadi terganggu fungsi-fungsi tersebut karena adanya pengembangan fasilitas di sekitar lokasi.

BACA JUGA   Intip 3 Proyek Megah di Sidoarjo, Flyover Aloha Uji Coba Desember 2023

Selain itu tidak ada studi pasar mengenai akan terciptanya pasar pariwisata kereta gantung. Kondisi demikian akan mengakibatkan pengunjung bisa saja ramai di awal lalu surut sehingga perlahan-perlahan merugi dan ditinggal oleh investornya karena bangkrut. Bagaimana pun biaya investasi kereta gantung tentu tidak murah. Pada gilirannya yang terjadi adalah pancangan besi-besi yang terbengkalai dan merusak pemandangan.

Kalaupun berlanjut akan menjadikan Rinjani sebagai gudang sampah, seperti hal nya dengan tiga gili trameno di KLU. Sampah di depan mata saja sulit dibersihkan apalagi ada di dalam hutan yang jauh dari fasiltas TPA. Di sisi lain sekira berlanjut akan mengubah pola pergerakan baru bagi flora yang ada di dalam hutan untuk menghindari manusia yang juga berdampak pada menyempitnya lingkungan mereka, sehingga bisa menyebabkan kepunahan.

Padahal yang paling urgen saat ini dilakukan adalah bagaimana menumbuhkan kembali kerusakan-kerusakan hutan yang sudah kedung terjadi. Mengawasi, Merawat dan melestarikan lingkungan yang sedang merana karena kerusakan-kerusakan, sehingga kehadiran manusia di bumi sejalan dengan fungsinya sebagai pengelola. Oleh karena itu sikap penolakan pembangunan kereta gantung dari Ummi Rohmi selayaknya menjadi sinyal baik bagi merehabilitasi ekosistem lingkungan dan hutan demi kesejahteraan ummat manusia ke depannya.

Artikel Lainnya

Back to top button