Mataram, Mediajurnalindonesia.id- Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram kembali menorehkan sejarah penting dalam perjalanan akademiknya dengan mengukuhkan dua guru besar baru, yakni Prof. Dr. Supardi, M.Pd. dan Prof. Dr. Akhmad Ashari, M.Pd..
Prosesi pengukuhan ini berlangsung khidmat melalui Sidang Senat Terbuka pada Rabu (8/10/2025) di Auditorium UIN Mataram, disaksikan oleh jajaran pimpinan universitas, senat akademik, civitas akademika, serta tamu undangan dari berbagai instansi pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi.

Acara ini menjadi momentum bersejarah bagi UIN Mataram yang terus meneguhkan komitmennya sebagai pusat keilmuan dan pengembangan nilai keislaman yang berakar pada budaya dan kearifan lokal Nusantara.
Sidang senat dibuka secara resmi oleh Ketua Senat UIN Mataram, Prof. Dr. TGH. M. S. Udin, M.Ag., dan diakhiri dengan penutupan yang sarat makna, menandai lahirnya dua pemikir baru yang diharapkan mampu memperkuat kontribusi universitas dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam prosesi pengukuhan, Prof. Dr. Supardi, M.Pd. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Media Pembelajaran.
Melalui orasi ilmiahnya yang berjudul “Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital”, ia menyoroti tantangan besar dunia pendidikan di tengah derasnya arus teknologi dan globalisasi.

Menurutnya, media pembelajaran digital seperti kecerdasan buatan (AI), augmented reality (AR), dan media interaktif harus diorientasikan untuk memperkuat karakter bangsa, bukan sekadar mengejar modernitas teknologis.
“Kemajuan teknologi seharusnya menjadi jembatan antara inovasi dan identitas, bukan jurang pemisah antara generasi dan budaya,” ujarnya tegas di hadapan ratusan peserta sidang senat.

Prof. Supardi menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis kearifan lokal bukanlah bentuk romantisme terhadap masa lalu, melainkan strategi aktualisasi nilai-nilai luhur dalam konteks modern.
Ia mencontohkan, bagaimana praktik pembelajaran di berbagai daerah di Indonesia dapat menjadi inspirasi integratif dalam desain media pendidikan yang kontekstual dan humanistik.

“Pendidikan ideal adalah pendidikan yang modern tanpa kehilangan akar, dan global tanpa kehilangan identitas,” tutupnya penuh makna, disambut tepuk tangan hangat dari hadirin yang memadati auditorium.

Selanjutnya, Prof. Dr. Akhmad Ashari, M.Pd. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Strategi Pembelajaran.
Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Inovasi Strategi Pembelajaran di Era Disrupsi Pendidikan”, ia menegaskan bahwa transformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan teknologi, tetapi juga harus menyentuh pola pikir dan pendekatan pedagogis dosen dan guru di lapangan.

Beliau menguraikan bahwa dunia pendidikan saat ini tengah berada di persimpangan perubahan besar yang menuntut adanya inovasi strategi pembelajaran yang berorientasi pada kolaborasi, kreativitas, dan adaptabilitas.
“Pembelajaran abad ke-21 harus membentuk peserta didik yang berpikir kritis, memiliki karakter kuat, serta mampu beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi yang cepat,” ujar Prof. Akhmad dengan penuh keyakinan.

Ia juga menekankan pentingnya peran pendidik sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat (lifelong learning).
Bagi beliau, jabatan guru besar bukanlah garis akhir karier akademik, melainkan titik awal tanggung jawab baru dalam menjaga marwah keilmuan dan menebarkan manfaat kepada masyarakat.
“Guru besar sejati bukan sekadar menyandang gelar, tetapi terus menulis, meneliti, dan memberi inspirasi bagi bangsa,” pungkasnya dengan nada reflektif.

Dalam sambutannya, Rektor UIN Mataram, Prof. Dr. TGH. Masnun Tahir, M.Ag., menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas capaian kedua profesor baru tersebut.
Menurutnya, pengukuhan ini merupakan bukti nyata kemajuan UIN Mataram dalam melahirkan akademisi unggul yang tidak hanya berprestasi di tingkat nasional, tetapi juga memiliki kontribusi nyata dalam pengembangan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat.

“UIN Mataram terus berkomitmen memperkuat Tridarma Perguruan Tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—yang berlandaskan nilai keislaman dan kearifan lokal.
Kita ingin melahirkan sumber daya manusia yang religius, berintegritas, dan berdaya saing global,” tegas Rektor Masnun Tahir dalam sambutannya.

Ia menambahkan, kehadiran dua guru besar baru ini memperkaya tradisi akademik UIN Mataram dan menjadi dorongan bagi para dosen muda untuk terus berinovasi dalam penelitian dan pengembangan media serta strategi pembelajaran modern.

Acara pengukuhan turut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Prof. Drs. Muslim, M.M., tokoh sepuh UIN Mataram dan saksi sejarah perjalanan lembaga; Dr. Ali Muhtasom, M.M., CHCM, CHE, Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok; serta Yusuf, S.Pd., M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram.
Turut hadir pula para guru besar, pimpinan fakultas, dosen, mahasiswa, serta perwakilan lembaga mitra dan pemerintah daerah.

Kehadiran para tokoh tersebut memiliki makna simbolik yang kuat.
Prof. Muslim mencerminkan generasi pendiri dan penjaga tradisi akademik, Dr. Ali Muhtasom mewakili semangat kolaborasi lintas disiplin antara pendidikan Islam dan pendidikan vokasi, sedangkan Yusuf, S.Pd., M.Pd. menggambarkan sinergi strategis antara kampus dan pemerintah daerah dalam memperkuat ekosistem pendidikan di Mataram.

Dengan demikian, pengukuhan dua guru besar ini tidak hanya menjadi seremoni akademik, melainkan juga simbol kesinambungan dan kolaborasi antar generasi serta antar lembaga pendidikan.
Acara ini memperlihatkan bahwa UIN Mataram terus membuka diri terhadap kerja sama lintas bidang demi memperkuat perannya sebagai pusat riset dan pengembangan keilmuan Islam yang kontekstual dengan kebutuhan zaman.

Pengukuhan dua guru besar ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan UIN Mataram sebagai universitas yang terus berkembang menuju kampus unggul dan bereputasi global.
Dengan bertambahnya jumlah profesor di lingkungan kampus, diharapkan semangat keilmuan, riset, dan inovasi semakin kuat dan berdampak luas bagi masyarakat.

UIN Mataram kini menatap masa depan dengan optimisme baru—menjadi perguruan tinggi Islam yang modern, berdaya saing, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal sebagai fondasi keilmuan dan moralitas.

“UIN Mataram tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga melahirkan insan berilmu, berakhlak, dan berkontribusi bagi peradaban,” tutup Rektor Masnun Tahir dengan penuh kebanggaan. (Ramli Mji)