Sumbawa Barat.Mediajurnalindonesia.id
Sejarah singkat Universitas Cordova sering disebut “Cordova” atau “Urdova” yang terkait dengan pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pada tahun 2000. Dr.KH L. Zulkifli Muhadli, BA,SH.,MM telah menyusunnya secara kronologis untuk memudahkan pemahaman, dengan fokus pada perjuangan pendiriannya sebagai “perguruan tinggi perjuangan” di tengah keterbatasan administratif. Ini mencerminkan semangat pionirisme di wilayah baru yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

Pada tahun 2000 Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) baru terbentuk sebagai daerah otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada masa itu, Pelaksana Tugas (Pj) Bupati adalah Drs. H.A. Wahab Yasin. Sejak awal, ada upaya mengurus izin pendirian perguruan tinggi ke Jakarta melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI), tetapi proses terhambat oleh moratorium izin perguruan tinggi nasional. Hal ini menjadi tantangan utama, karena KSB yang baru berdiri membutuhkan “modal manusia” untuk membangun daerah, termasuk tenaga pendidik dan profesional.

Dr.KH L. Zulkifli Muhadli, BA,SH.,MM akrab disapa Buya melakukan deklarasi Pendirian Universitas Cordova pada tanggal 14 Januari 2004 Universitas Cordova secara resmi dilantik oleh Lalu Srinate. Ini menandai langkah awal formalisasi, meskipun masih dalam tahap perencanaan.

Pada 1 Februari 2004 ,dua minggu setelah pelantikan, Pj Bupati Drs. H.A. Wahab Yasin mendeklarasikan berdirinya Universitas Cordova. Namun, deklarasi ini dilakukan tanpa izin resmi dari pemerintah pusat, sehingga statusnya ilegal, liar, dan tanpa persetujuan hukum. Secara regulasi, perguruan tinggi swasta di Indonesia harus mendapatkan izin operasional dari Kementerian Pendidikan sebelum beroperasi, tapi kondisi darurat KSB mendorong keputusan nekat ini.

” Alasan nekat mendirikan tanpa izin tujuan utama adalah memberikan “roh” atau semangat perjuangan bagi KSB melalui pendidikan tinggi. Daerah baru ini kekurangan SDM berkualitas, sehingga Cordova diharapkan menjadi katalisator pembangunan.” terang buya dalam media gathering (28/9/25)

Buya mengatakan, nama “Cordova” terinspirasi dari Tariq bin Ziyad sebagai komandan militer Muslim Dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan Al-Andalus (Spanyol) pada 711 M.Tariq bin Ziyad membakar semua kapalnya setelah mendarat di pantai selatan Spanyol untuk memotivasi pasukannya menghadapi Kerajaan Visigoth yang jauh lebih kuat. Pilihanannya sederhana: mati terhormat atau menyerah—tidak ada jalan mundur. Semangat ini menjadi metafor bagi pendirian Cordova,komitmen total meski tanpa izin, demi kemajuan KSB.

“Perkembangan Operasional (2004–2009) Universitas Cordova beroperasi secara ilegal selama 5 tahun. Mahasiswa mulai kuliah, tetapi tidak ada kelulusan resmi karena belum ada izin. Pada periode ini, bantuan krusial datang dari Rektor Universitas Mataram (Unram), Mansyur Maksum, yang berani mendukung. Beliau mengirim dosen-dosen Unram, sehingga 80% dosen Cordova berasal dari Unram. Ini memastikan kualitas pengajaran meski statusnya belum legal.

Lanjut Buya, pada tahun 2009 Mahasiswa angkatan pertama seharusnya sudah diwisuda, tapi ditunda karena risiko hukum. Proses izin yang dimulai sejak 2000 masih mandek akibat moratorium DIKTI. Awal tahun 2009 saya menerima penghargaan lencana dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bidang pendidikan. Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan program wajib belajar 12 tahun hingga SMA di KSB—program yang bahkan secara nasional baru digulirkan.

“Momentum penghargaan Pasca- acara,saya langsung menemui Dirjen DIKTI dan meminta audiensi keesokan harinya. Dalam pertemuan itu, disampaikan ultimatum berani: “Pilihannya ada dua: beri izin untuk Cordova, atau penjarakan saya.” Alasannya, operasi 5 tahun yang melanggar UU Pendidikan Tinggi berisiko menimbulkan tuntutan dari mahasiswa, dan beliau lebih memilih bertanggung jawab daripada membiarkan institusi “digantung”. Alhamdulillah, argumen ini meyakinkan, dan izin resmi akhirnya diberikan pada tahun 2009. Ini menandai legalisasi penuh Cordova sebagai perguruan tinggi swasta di KSB” tegas Buya

Ia menambahkan, alhamdulillah sekarang mahasiswa Undova S1, per semester biaya Rp.1.500.000, namun hanya membayar sebesar Rp.500.000.Yang artinya Rp.1.000.000 kita subsidi.

Kemudian, Urdova menerima mahasiswa baru pascasarjana  Magister Manajemen Pembangunan Daerah (MPD), bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).Dengan Visi menjadi penyelenggara pendidikan dan penelitian yang terkemuka di bidang pembangunan daerah dalam mendukung pemanfaatan potensi daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat, secara optimal, berkelanjutan dan berkeadilan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

” Adapun Misi menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas dalam bidang manajemen pembangunan daerah yang berwawasan holistik dalam perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan daerah sesuai dengan potensi dan kondisi daerah masing-masing,serta mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.” tuturnya

Jadwal penerimaan calon mahasiswa/siswi mulai tanggal 16 september-25 oktober 2025, perkuliahan dilaksanakan secara Hybrid (tatap muka dan online). Untuk pendaftaran silahkan hubungi contact person Eka Siswantara : 0812-3854-4907,Fikri Rirahman : 0823-9416-0414,Inna Rotul :0819-1062-6423.(Rozak)