DaerahRagam InformasiRuang Menulis

Ummi Rohmi Dan Usaha Mem-Branding NTB

Mediajurnalindonesia.id-

penulis : Ahmad Efendi

Foto di atas adalah foto Ummi Rohmi dengan pakaian tradisional Mbojo. Pastinya setiap etnik di mana pun adanya mempunyai kebanggaan tersendiri dengan pakaian khasnya. Sama seperti pakaian khas adat Bima. Pasti memberikan nuansa kesukuan bagi masyarakat Bima pada umumnya.

Apa yang mau disampaikan lewat tulisan ini sebenarnya lebih pada pembacaan simbol yang dapat dipahami lewat beberapa sisi. Tidak saja sebagai pakaian adat semata, namun juga dapat memberikan pengaruh pada sosial -ekonomi masyarakat. Artinya pakaian tradisional tidak saja beribacara pelestarian kebudayaan tetapi juga secara otomatis berbicara mengenai eksistensi kesejahteraan masyarakat.

Mengapa? Karena dengan lestarinya pakaian adat maka dengan sendirinya bermakna meningkatnya produksi pakaian tradisi itu sendiri. Konsekuensinya tentu sudah dapat memberikan pengaruh yang baik bagi terus menciptakan rantai produk-produk lokal lainnya. Implikasi terjauhnya adalah ada dinamika usaha dalam mencipta kedaulatan ekonomi.

Penciptaan kedaulatan ekonomi masyarakat dapat dimulai dari hal-hal sederhana, namun bersifat primer. Pakaian dan pangan. Kedua jenis komoditas yang dibutuhkan sehari-hari oleh masyarakat. Oleh karenanya sedapat mungkin dapat diproduksi dan ditingkatkan keberadaanya agar bisa menjadi pemicu rantai produksi masyarakat.

Dengan adanya apresiasi terhadap produk-produk lokal seperti pakaian khas masing-masing etnik, masyarakat sudah membentuk dirinya sebagai masyarakat yang mempunyai jati diri. Oleh karenanya ke depan jika Ummi Rohmi naik menjadi NTB 1 sudah dapat dipastikan produk-produk lokal akan menjadi program unggulan. Ini perlu menjadi arus utama agar segera mempunyai dampak besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarkat NTB sendiri.

Di sudut lain pengarus utamaan produk-produk lokal dapat menjadi triger bagi dimulainya demokratisasi ekonomi masyarakat NTB khususnya. Bahkan jika semua pemerintah daerah terus menjadikannya arus utama akan bisa menjadikan Indonesia kuat pada usahanya menciptakan demokratisasi ekonomi.

BACA JUGA   HMS Meminta Perhiptani Sumbawa Harus Bisa Menjadi Lembaga Aspirasi Bagi Penyuluh

Bagaimana pun demokratisasi politik yang diusahakan sejak reformasi digulirkan 20-han tahun lalu telah membuat peningkatan signifikan terhadap kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi guna menentukan arah perjalanan bangsa. Pada saat yang sama demokratisasi ekonomi masyarakat seperti berjalan di tempat. Indikasi yang paling kasat mata adalah banyaknya produksi atau komoditas masyarakat belum mampu menjadi tuan di tempat nya sendiri. Artinya ketergantungan masyarakat pada produk luar masih cukup besar. Itu terjadi disebabkan ada persoalan sirkulasi ekonomi yang kurang lancar berjalan.

Oleh sebab itu komoditas lokal harus terus ditingkatkan produksinya. Bersamaan dengan itu ada pengkondisian yang massif dari pemerintah untuk mempromosikannya sehingga menjadi pilihan bagi masyarakt untuk menggunakanya.

Heterogenitas Kebudayaan

Sebenarnya Globalisasi itu proyek homogenisasi. Penyamarataan kebudayaan yang berujung pada penyamaan berbagai macam konsumsi masyarakat dunia. Oleh karenanya ada semacam kesamaan konsumsi masyarakat lokal dengan masyarakat dunia lainnya.

Oleh karenanya diperlukan branding sebagai kekhasan tiap-tiap entitas kebudayaan. Begitu pula hal nya dengan NTB sebagai daerah perlu branding. Bagaimana pun semua entitas saat ini dapat menjadi aktor global untuk menawarkan berbagai kekhasannya sendiri.

Keberadaan brand seumpaman pentingnya isi yang dilindungi oleh adanya kemasan. Setiap isi memerlukan kulit dan kulit setiap produk tentunya bisa menjadi branding. Urgensi branding dipentas dunia yang semakin “telanjang” semakin meninggi agar dapat dijadikan ciri khas dan sekaligus pembeda dengan entitas lainnya.

Oleh karena itu nuansa-nuansa etnik harus dimunculkan. Nuansa-nuansa indie harus ditonjolkan agar menjadi sesutu entitas yang menarik pada kecenderungan keseragaman berbagai produk dan komoditas yang beredar di pasar.

BACA JUGA   Peringati Hut Bhayangkara ke 76 Polres Sumbawa Barat Gelar Lomba Kerapan Kerbau Hadiah Sepeda Motor  

Globalisasi yang telah menciptakan “keseragaman” kemudian menyajikan pemandangan yang “membosankan”. Pada saat dimunculkannya brand-brand yang agak berbeda dengan arus utama kebudyaan maka justru distulah nampak keelokannya. Ada nuansa unik dan khas yang ditemukan sehingga keberadaanya menjadi menarik dan mampu menyedot perhatian pasar ( warga dunia).

Pada konteks demikianlah produk /komoditas lokal etnisitas menemukan pijakannya. Untuk itu terasalah pentingnya menjaga kekayaan karya masing-masing etinisitas di NTB. Adanya pembeda menajdi penanda yang menarik bagi kecenderungan pasar yang sudah semakin homogen.

Hal ini sangat perlu disadari oleh masyarakat NTB. Oleh karena nya setiap kali pemerintah melakukan berbagai bentuk intervensi bagi memberdayakan, mendukung, memakai sekaligus ikut mempromosikan produk /komoditas lokal maka itu artinya telah menjadi pelaku yang sejalan dengan semangat globalisasi. Dalam kata lain (pemerintah dan masyarakat NTB) telah berusaha menjadi aktor produktif. Tidak hanya menyerah di antara gempuran produk-produk luar yang seolah-olah datang untuk meyeragamkan kebudayaan semua masyarakat dunia atas nama kebudayaan populer.

Dengan demikian apa yang telah coba dicontohkan oleh Ummi Rohmi dengan ikut memakai dan mempromosikan produk etnik Sasak, Samawa dan Mbojo sejalan dengan semangat untuk menjadi pelaku aktif bagi menawarkan keindahan ditengah keseragaman. Sikap demikian harus terus dipupuk dan diperbanyak sehingga dengan sendirinya juga bisa berimbas pada kesejahteraan masyarakat NTB. Pada konteks inilah ada harapan untuk membangun ekonomi masyarkat sekaligus tetap menjadi diri sendiri dengan kebudayaan yang dimiliki.

*Pemerhati Sosial-politik, Staf Pengajar Jurusan Sosiologi Agama UIN Mataram* (Ramli.Mji)

Artikel Lainnya

Back to top button