Sidoarjo, Mediajurnalindonesia.id – Ruwat desa, merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang kita. Tradisi itu sebagai wujud rasa syukur seluruh warga atas limpahan rejeki yang diberikan oleh Tuhan YME, dan doa agar segala hal buruk dijauhkan dari desa ini dan berharap agar masyarakat desa tersebut dapat hidup makmur, damai, aman, dan tentram. Selain itu ruwat desa diadakan dengan tujuan memohon kepada sang Pencipta, untuk keselamatan penduduk desa, kelancaran usaha, keberhasilan pertanian dan lain sebagainya dari serangan orang yang jahat, dari berbagai penyakit, serta hama untuk segala usaha pertaniannya. Ruwat desa ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil pertanian yang didapat.
Demikian juga dengan Desa Rangkakidul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo mengadakan ruwat desa atau bersih desa yang diadakan selama tiga hari yaitu hari Kamis sampai Sabtu (16-18/03/2023). Dengan penutupan pagelaran wayang kulit.
Sujirman ketua panitia menjelaskan acara ini dimulai dengan Khotmil Quran dilanjutkan dengan tabur bunga ke makam sesepuh desa kemudian dilanjutkan dengan Yasin, Tahlil serta pengajian, hari kedua Ashari serta di hari terakhir pagi hari kirab tumpeng serta barikan atau selamatan bersama seluruh warga desa, siang harinya ruwat desa mengelar wayang kulit dan malam harinya ditutup dengan wayang kulit semalam suntuk
“Ruwat Desa Rangkakidul diisi dengan beberapa kegiatan selama tiga hari. Mulai dari Kotmil Quran, tabur bunga ke sesepuh desa, Tahlil, Yasin, pengajian dan lainnya dengan ditutup pagelaran wayang kulit semalam suntuk pada hari ke tiga,” terang Sujirman
“Tujuan kegiatan ruwat desa untuk mempertahankan budaya lokal atau kearifan lokal agar tidak hilang tergerus waktu,” tambahnya
Ketua panitia mengatakan tujuannya untuk mempertahankan kearifan lokal (Local Wisdom) atau kebudayaan setempat serta silaturahim kepada yang kuasa dan mensyukuri berkat yang telah diberikan kepada masyarakat di mana semua tercover di dalam ruang desa termasuk budaya keagamaan seperti tahlil Yasin yang harus tetap dilestarikan
Sujirman menambahkan harapan kedepannya bisa menggugah warga masyarakat terutama generasi muda supaya tetap melestarikan budaya ini ikut disertakan dalam Panitia
“Harapannya bisa mengugah warga desa terutama generasi muda melestarikan budaya yang adiluhung,” terang pak ketua
Ketua PCNU KH. Kyai Zainal Abidin M. Pdi mengatakan sudah menjadi budaya masyarakat setiap menghadapi bulan Ramadan selalu ada ruwat desa kvususnya budaya Jawa. Artinya diruwat biar selamat sehingga orang Jawa Itu mengadakan ruwat desa dengan mengadakan kegiatan yang bernuansa Amalia NU seperti Tahlilan, Sholawatan, Istighosah itu bagian dari kegiatan ruwat desa yang harus kita sambut dengan baik karena berdekatan dengan budaya-budaya lokal yang kolin Nahdlatul Ulama
“Kegiatan ruwat desa harus dipertahankan karena kegiatan yang bernuansa Amalia NU dan merupakan kearifan lokal (local wisdom),” kata Kyai KH. Kyai Zainal Abidin M. Pdi.
Kyai KH. Kyai Zainal Abidin M. Pdi. Menjelaskan mereka yang mengatakan bahwa kegiatan ruwat Desa itu syirik, musyrik, bid’ah biarkan saja mungkin mereka punya pendapat sendiri tapi sebagai orang NU tetap merawat jagat membangun peradaban baru. Salah satu bentuk kegiatan merapatkan masyarakat adalah merawat gaya-budaya lokal yang dimiliki oleh kabupaten kecamatan desa lokal apa yang dimiliki yang menjadi penguatan lokal itu akan tetap dilakukan dan dikuatkan oleh Nahdlatul Ulama selama tidak bertentangan secara akidah Nahdlatul Ulama.
“Apa yang dikatakan orang terkait ruwat desa apabila masih memenuhi akidah NU tetap kita dukung,” terang Pak Kyai
Jadi untuk generasi muda yang memang tidak bisa disalahkan 100% kepada anak-anak muda tapi mari kita bangkit bersama-sama. Yang tua itu tetap ngeramut yang muda menyemangati yang muda agar yang muda akan terus mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh para generasi tua sehingga jangan sampai generasi muda meninggalkan budaya yang sudah di uri-uri oleh para Pini Sepuh.(msa)