Ragam Informasi
Trending

Desa Kedungcangkring Mengelar Wayang Kulit Menutup Rangkaian Ruwat Desa

Sidoarjo, Mediajurnalindonesia.id – Wayang kulit menjadi salah satu kesenian tradisional yang lahir, tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Terutama di wilayah Jawa, kesenian wayang kulit memang masih sering di gelar pada acara tertentu seperti ruwat desa. Jika dilihat lebih dalam, wayang kulit bukanlah sekedar kesenian pertunjukan saja. Namun kesenian wayang kulit merupakan media permenungan menuju roh spiritual para dewa. Yang saat ini lebih berkembang lagi menjadi media penghubung antara program pemerintah ke masyarakat, pendidikan dan lainnya.

Istilah wayang sendiri berasal dari kata Ma Hyang yang memiliki arti menuju spiritual Sang Kuasa. Namun ada juga yang mengartikan jika istilah wayang berasal dari teknik pertunjukan yang mengandalkan bayangan (bayang atau wayang) pada layar yang digunakan.

Untuk melestarikan dan lebih memperkenalkan kepada masyarakat terutama generasi milenial maka pada kesempatan ruwat desa Kedungcangkring diadakan pagelaran wayang kulit gagrak porongan pada Hari Kamis (22/02/2025) di Balai RW 02 dengan di hadiri Forkompimcam, BPD, perangkat desa, karang taruna, masyarakat dan tamu undangan lainnya.

Yudianto Kepala Desa Kedungcangkring mengatakan Syukur Alhamdulillah pemerintah Desa Kedungcangkring sudah bisa mengelar pagelaran wayang kulit yang mana dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Jabon hanya desa Kedungcangkring yang belum pernah mengadakan ruwat desa. Di kepemimpinan saya bertepatan di tahun 2024 ini Desa Kedungcangkring pertama kali ada ruwat desa yang mana saya adakan pagelaran wayang kulit. Ini perlu ketahui ini semuanya untuk warga desa yang awalnya tidak ada sekarang ada.

BACA JUGA   Patroli Humanis Sat Samapta Polres Sumbawa Barat Amankan Malam Akhir Pekan

“Alhamdulillah Desa Kedungcangkring bisa menyelenggarakan ruwat desa pertama kalinya. Dari sebelumnya tidak pernah ada sekarang ada,” kata Yudianto

“Ruwat desa kita adakan diadakan untuk meminta perlindungan kepada Sang Khalik dan Desa Kedungcangkring tidak bisa dikasih wayang kulit makanya kita taruh di balai RW,” tambahnya

Bapak Kades menambahkan tujuan dari pagelaran wayang kulit untuk ruwat desa. mana untuk leluhur kita. Leluhur kita sempurna untuk mengayomi, melindungi masyarakat Desa Kedungcangkring. Untuk generasi muda di Desa Kedungcangkring komitmennya dari kemarin tidak ada, akhirnya kita adakan ruwat desa yang mana di Desa Kedungcangkring itu tidak bisa dikasih wayang kulit makanya kita taruh di balai RW.

Bapak Yudi mengungkapkan untuk generasi muda saya harapkan bisa untuk memperbudayakan pagelaran wayang kulit. Otomatis jangan sampai peninggalan nenek moyang kita ini punah maka dari itu dari desa ke desa ruwat desa di Kecamatan Jabon atau di Kabupaten Sidoarjo pasti ada. Harapannya kedepan adik-adik generasi muda harus menerima semua itu dan melestarikan biar tidak hilang peninggalan nenek moyang kita.

BACA JUGA   Pemilik Akun FB Sahbudin Kambera di Polisikan Relawan HMS

Camat Jabon Dedik Irwanto S.Sos mengatakan pertama-tama saya mengapresiasi Pemerintah Desa Kedungcangkring yang punya inisiatif untuk ruwat desa. Hal ini sangat penting untuk kita peringati, kita bersyukur dan doakan sesepuh atau yang buka Desa Kedungcangkring. Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi masyarakat desa karena kita menghormati para pahlawan yang telah mendahului yang ada di desa ini semoga dengan adanya ruwa Desa ini kita semua diberikan Hidayah oleh Allah subhanahu wa ta’ala

“Pertama-tama saya mengapresiasi atas terlaksananya ruwat desa di desa Kedungcangkring yang pertamakalinya,” kata Dedik Irwanto S.Sos

“Saat ini kesenian tradisional mulai terkikis tapi generasi muda harus bisa mempertahankan kebudayaan Nusantara yang mengandung filosofi yang baik dan positif,” imbuh pak camat

Bapak Camat menambahkan memang saat ini kesenian tradisional mulai terkikis tapi dengan harapan kegiatan ini sering diadakan, pagelaran wayang mudah-mudahan semakin dinikmati oleh generasi muda yang penting jangan sampai budaya asli Nusantara musnah atau hilang. Generasi muda bisa menikmati, mempertahankan dan bisa mengembangkan kebudayaan Nusantara.(msa)

Artikel Lainnya

Back to top button