Kab Bima-NTB.Mediajurnalindonesia.id- Ketika bangunan megah beridiri kokoh di desa tambe sebagai tempat relokasi para korban banjir bandang yang meluluh lantakan rumah dan harta benda warga Desa Tambe kecamatan Bolo kabupoaten Bima tahun 2020 lalu kini menyisakan derita bagi dua kepala keluarga. Satu nya Janda satu anak dan satunya lagi warga miskin yang hidup dengan balutan gubuk derita sebagai tempat untuk berlindung.
Akibat banjir yang melanda tersebut, pemerintah dengan sigap melakukan upaya untuk merelokasi para korban dengan memberikan bantuan berupa pembangunan rumah baru.
Pada akhir 2021 rumah yang dibang pemerintah Pusat dengan nilai 36 miliar rupiah tersebut telah berdiri megah dan kokoh diareal puluhan hektar didesa Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Provinsi NTB.
Tentunya, dengan dibangunnya rumah baru oleh pemerintah pusat tersebut membuat para korban banjir Bima senyum bahagia. Namun ditengah kebahagiaan tersebut terselip derita bagi yang lain yang tidak kebagian jatah rumah seperti yang dialami Sri Wulandari dan Sukra berlamat di RT05 Dusun 3 Desa Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima NTB.
Sri Wulandari dan Sukra yang rumahnya tepat di bibir bantaran sungai diketahui telah terdata oleh BPBD Bima sebagai korban banjir terparah di desa tersebut, terakhir di kabarkan keduanya tidak mendapat jatah rumah relokasi, ketika yang lain menerima kunci rumah dari pemerintah setempat
Kepada sejumlah media masa Sri Wulandari mengungkapkan bahwa dirinya merupakan orang pertama yang didata pemerintah sebagai korban banjir terparah. Bahkan sudah tujuh kali petugas pendataan mendatangi kediamannya dan menjanjikan akan diberikan rumah relokasi banjir yang sudah selesai dikerjakan itu.
“Ada tujuh kali mungkin yang datang di rumah Petugas pendataan menanyakan identitas sekaligus mengambil gambar rumah. Kemudian menjanjikan rumah relokasi. Namun nyatanya hingga kini saya belum juga diberikan kunci rumah. Sementara warga Tambe yang lain sudah terima kunci,” ujar Sri wulandari dengan nada datar.
Dengan raut wajah yang sedih wanita yang berstatus janda ini mengisahkan, ketika banjir bandang menerjang, se isi rumah raib terbawa arus banjir setinggi 1,5 meter. Kades Tambe juga ikut membantu mengevakuasi saat kejadian,” kisah Sri sambil menggendong si kecil perempuan yang turut menjadi korban ketika banjir menerjang rumahnya itu. Anak yang ketika itu berusia 1 tahun dievakuasi dengan menggunakan ember yang ditarik dengan tali ditengah derasnya arus banjir saat itu,”kisahnya.
Ia berharap pemerintah mendengar dan memperhatikan apa yang menjadi keluhannya, jangan biarkan saya dan anak saya menatap kosong disaaat yang lain mendapat kebagian rumah.” Ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tambe Chandara Nan Arif, S.Pd kepada awak media tak membantah jika dua nama warganya yang dimaksud merupakan korban terparah saat banjir bandang tahun lalu. Namun terkait jatah rumah, keduanya disebut terkendala masalah administrasi. Apalagi warga di dusunnya banyak yang menolak terima rumah relokasi,” Jelas Chandara
Ia berjanji akan menyampaikan keluhan warganya ini kepada pemerintah kabupaten dalam hal ini Dinas Perumahan Pemukinan Kabupaten Bima.(red)