Bima.Mediajurnalindonesia.id-
Indonesia dihebohkan dengan temuan FMD (Foot and Mouth Disease) atau PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) pada hewan ternak di Jawa Timur. Penyakit ini kembali muncul usai Indonesia dinyatakan bebas PMK pada tahun 1986 lalu.
Anggota Komisi IV DPR RI fraksi PAN Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa H.Muhammad Syafrudin,ST,.MM akrab disapa HMS menaggapi hal tersebut,ia menuturkan bahwa Dapil NTB merupakan peternak sapi terbesar di indonesia,karena dikenal dagingnya bagus dan lemaknya berkurang.
HMS sudah berkordinasi dengan Kepala Badan Karantina Pusat Ir. Bambang,MM secara regulasi pengiriman hewan ternak dalam rangka hari raya idul adha,yang mana hewan tersebut sangat bagus dan berkelas untuk qurban yang berasal dari Pulau Sumbawa.
“Kenapa ini harus dilaksanakan, karena para peternak tersebut mendapat pinjaman dari pemerintah yang berupa KUR,maka akan kesusahan para peternak untuk mengembalikan uang KUR, jika dibatasi bahkan dilarang melakukan perdagangan ternak tersebut ketika idul adha di jakarta atau di jawa” terang HMS kepada media senin (9/5/22).
HMS menegaskan,para peternak sapi di pulau sumbawa sebelum melakukan pengiriman ternak ke jakarta atau pulau jawa diharapkan diperiksa terlebih dahulu mulut dan kuku ternak tersebut,agar memastikan bahwa hewan tersebut sehat tidak berpenyakitan.
” Para pengirim hewan ternak menuju jakarta dilarang untuk menurunkan atau menaikan hewan ternak dari wilayah Mojokerto,Sidoarjo,Gersik dan Lamongan. Sebab diwilayah tersebut ada 1.247 ternak di temukan positif ada PMK (Penyakit Mulut dan Kaki)” tegas HMS
HMS berkata,dia berusaha akan menekankan pemerintah pusat agar segera mengeluarkan surat tembusannya dari provinsi sampai ke kabupaten. Sehingga peternak tersebut bisa nyaman untuk mengirim hewan ternaknya sampai ke jakarta.
HMS menambahkan, penyakit yang penularannya karena virus ini sangat menular sesama hewan ternak seperti Sapi,Kambing,Domba dan Babi meskipun begitu, virus ini tak akan menular ke manusia.
“Penyakit ini disebabkan virus, sangat menular di populasi ternak. Tidak zoonosis, dari segi kesehatan masyarakat juga bukan resiko untuk manusia. Mortalitas rendah. Gejalanya hewan demam, mulut berlendir dan berbuih, ada ruam-ruam luka di kulit, mulut, lidah hingga ke sela kuku” tambahnya. (Rozak)