Sumbawa Barat.Mediajurnalindonesia.id-Aksi Unjuk Rasa Pengurus HMI Cabang Sumbawa Barat (KSB),GMNI KSB dan Aliansi Mahasiswa Cordova berlangsung pada Jum’at (9/9/2022), dengan memulai Aksi di Simpang Selek yang di lanjutkan ke Kantor DPRD KSB.
Dengan Tema “Seruan Aksi Indonesia Gawat Darurat” Aksi ini meminta 3 tuntutan yaitu Menolak kenaikan harga BBM, Berantas mafia tambang dan migas, Mengutuk tindakan represif polisi
Pada kesempatan tersebut GMNI KSB meminta pemerintah segera membatalkan kebijakan itu.
Sudah selayaknya pemerintah mengkaji ulang dan membatalkan kenaikan harga BBM bersubsidi yang dianggap justru membenani rakyat.
Ada delapan poin argumentasi yang menjadi alasan GMNI menolak kenaikan BBM.
Pertama, GMNI menilai pemerintah tidak transparan soal subsidi energi untuk BBM selama ini. GMNI tidak percaya subsidi BBM mencapai Rp 502,4 triliun.
Kedua, GMNI mengamati saat ini terjadi tren penurunan harga minyak dunia. Jika tren ini terus berlanjut, tidak ada alasan bagi pemerintah memotong subsidi BBM. Ketiga, GMNI menyatakan harga BBM bersubsidi di Indonesia bukanlah termasuk yang termurah di dunia. GMNI mengacu pada sumber situs Global Petrol Prices per 29 Agustus. Indonesia vtidak masuk 10 besar negara dengan harga BBM termurah di dunia.
Harga BBM paling murah sebesar 0,022 dollar AS per liter di Venezuela, dan paling mahal sebesar 2,981 dollar AS per liter di Hong Kong. Sementara di Asia Tenggara, harga BBM paling murah adalah USD 0,457 per liter di Malaysia, lalu USD 1,077 per liter di Vietnam, barulah USD 1,163 per liter di Indonesia.
Dari data ini, bahkan, apabila disandingkan dengan daya beli masyarakat yang merujuk pada PDB per Kapita negara, Indonesia tidak termasuk dalam daftar 5 negara teratas dengan harga ‘BBM yang trrjangkau’.
Di Indonesia, rakyat banyak yang masih berusaha memulihkan kondisi ekonominya setelah dampak pandemi COVID-19. Kenaikan harga BBM memberatkan rakyat. Selanjutnya, GMNI menyoroti potensi inflasi akibat kenaikan harga BBM. Bila inflasi naik, kesejahteraan masyarakat akan menurun dan orang miskin akan bertambah.
Poin kelima, GMNI mengkritik politik subsidi BBM pemerintah Indonesia. Bila politik luar negeri dan diplomasi ekonomi dijalankan secara strategis, maka investor dapat membantu membuka ladang minyak baru di Indonesia.
Gejolak harga minyak global bisa ditekan di sisi hulu (upstream), apabila pemerintah mendorong Pertamina untuk lebih giat melakukan eksploitasi ladang-ladang migas baru.
GMNI KSB juga menilai politik energi nasional belum berdaulat, Indonesia masih bisa didikte oleh asing. Seperti dalam kasus rencana pembelian minyak mentah dari Rusia.
GMNI mengkritik bengkaknya APBN sebagai tata kelola produksi minyak mentah yang tidak berlandaskan semangat Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Mereka juga mengkritik alokasi anggaran untuk hal lain.
Pemerintah justru memilih mengalokasikan anggarannya untuk IKN yang tidak ada kaitannya dengan pemulihan penderitaan rakyat akibat COVID-19 dan kenaikan harga bahan pokok.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dikucurkan untuk meringankan beban rakyat karena BBM naik dinilai rawan penyelewengan. Selain itu, pemilu sudah semakin dekat. GMNI khawatir anggaran bansos menjadi makanan elite politik.
Ditambah, kondisi saat ini menjelang perhelatan Pemilu 2024, semakin menguatkan asumsi akan kekhawatiran kita bahwa pengalihan subsidi BBM menjadi BLT akan menjadi ajang bajakan untuk dana politik elite KIB yang berkuasa di pemerintahan saat ini.(Red).