DaerahNasional
Trending

Empat Narasumber Berikan Materi Pada SeNSosio Ke 3 Tahun 2022 UNRAM

Lombok Barat.Mediajurnalindonesia.id-Program Studi Sosiologi Universitas Mataram (UNRAM) melaksanakan SeNSosio / Seminar Nasional Ke 3 Tahun 2022 dengan tema” Dinamika Sosial dan Budaya Masyarakat Pesisir dan Kepulauan” bertempat di Hotel The Jayakarta, Senggigi Lombok Barat Nusa Tenggara Barat pada Kamis. (29/9/2022).

Acara SeNSosio/ Seminar Nasional Sosiologi Ke 3 yang di mulai sejak pukul 08.00 Wita dan resmi di buka pada pukul 09.40 Wita oleh Ketua Program Studi Sosiologi Universitas Mataram  Ir.Rosiady Husaenie Sayuti.M.Sc., Ph.D.

Ketua Panitia SeNSosio /Seminar Nasional Sosiologi Ke 3 Universitas Mataram Hafizah Awalia S.Pd., M.Sosio mengatakan ada 4 narasumber dalam kegiatan ini yang terbagi menjadi dua bagian, 2 Narasumber Online serta 2 Narasumber Offline.

” Prof.Emy Susanti, M.A Ketua Asosiasi Pusat Studi Wanita/ Gender dan anak Indonesia (ASWGI) dan Oky Rahadianto Sutopo, Ph.D Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM menjadi narasumber Online sedangkan Dr.Sitti Hilyana, M.Si President Of Indonesian Marine And Fisheries Socio – Economics Research Net Work ( IMFISERN) dan Muslim, ST., M.Si Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akan memaparkan materinya secara Offline , dalam kegiatan ini akan di pandu oleh moderator Azhari Efendi, S.Sos., M.A.,” jelas Hafizah Awalia S.Pd., M.Sosio, Dosen Sosiologi Asli Taliwang KSB.

Pada Kesempatan tersebut Plennary Session 1 Prof. Emy Susanti,MA.menyampaikan dinamika sosial budaya komunitas pesisir dalam perspektif gender.

BACA JUGA   Parekraf Goes to Campus,HMS Berharap Pemerintah Bisa Mendorong Fasilitas Penunjang Sektor Pariwisata di Bima

Ia mengatakan komunitas pesisir ini adalah nelayan skala kecil, dan dari hasil penelitian bahwa laki laki bekerja menangkap ikan sedangkan  perempuannya berada di rumah memasak dan mengolah hasil perikanan.

Prof. Emy menjelaskan terkait kemiskinan dan isu gender, menurutnya dampak dari dibayar rendah dan tidak terhubung peraturan ketenagakerjaan dimanfaatkan oleh pengusaha, juga karena pendidikan rendah dan buta hurup dan sebagai pemelihara jaringan sosial budaya masyarakat.

Selain isu gender juga di sampaikan budaya pesisir dan budaya patriarki, perempuan dalam komunitas pesisir perikanan, perempuan bekerja dan berkontribusi terhadap ekonomi keluarga tetapi tidak dikenal dengan kata lain nilai pekerjaan mereka dianggap tidak ada,” tandasnya.

Selanjutnya Plennery Session II Dr.Ir.Sitti Hilyana,M.Si.memaparkan out blok situasi global tahun 2045 yang mana konversi lahan produktif pangan untuk pemukiman, insfrastruktur, dan untuk kebutuhan beras pada tahun 2045 diperkirakan sebanyak 1000 juta ton.

Dr.Sitti Hilyana menyampaikan strategi kedepan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia akan beralih ke perairan.

Kemudian Dr.Sitti menjelaskan sistem kehidupan nelayan dan faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan mencangkup 4 item.

” Diantaranya kesehatan ekosistem laut dan dinamika oseografi, tumbuh kembangnya biota di laut sangat dipengaruhi oleh kualitas air,” jelasnya.

Selanjutnya Dr.Sitti memaparkan tantangan indonesia emas 2045 terkait pekerja, diskriminasi pekerja sektoral dan perlunya tenaga kerja yang terampil.

BACA JUGA   Polres Sumbawa Barat Gelar Operasi Patuh Rinjani 2022, Dilaksanakan Pagi dan Sore Tindak 96 Kendaraan

” Perkembangan kampung nelayan sejak tahun 2021 harus tangguh dari segala aspek,” tukasnya.

Plennery Session III Muslim, ST., M.Si.dalam penyampainnya menjelaskan dinamika sosial budaya masyarakat pesisir dan kepulauan hal itu tidak lepas dari hak dan kewajiban mereka seperti apa.

Ia mengatakan untuk kabupaten pemberdayaan masyarakat pesisir ada di kabupaten itu sendiri, dan UU 23 Serta UU No 6 Tahun 2017 tentang perlindungan nelayan kecil dan lainnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Muslim ST., M.Si juga menerangkan kearifan lokal menjadi budaya di NTB bisa dilihat di 3 gili.

” Mandi sampah salah satu wujud bagaimana mereka menghargai alam, di Sambalia juga mempunyai kearipan lokal masing – masing, di Labu Kuris pulau Sumbawa selama 3 hari tidak melaut dalam kearifan lokal,” ungkap Muslim Kepala DKP Provinsi NTB.

Terakhir Plennery Session IV Oky Rahadianto Sutopo, Ph.D. memaparkan materinya terkait memahami kaum muda pesisir.

Oky mengimbau kita harus bisa memahami cara pandang kaum muda itu sendiri, yang menurutnya ada 2 transisi, dan perlu memahami maknanya menjadi dewasa itu seperti apa.

“Mengajak mereka berpartisipasi lebih memahami lagi untuk mengembangkan aspirasi mereka,” pungkasnya.

Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan penyerahan sartifikat pembicara (Ditampilkan via zoom dan sesi foto bersama).(Red).

Artikel Lainnya

Back to top button