SURABAYA, JAWA TIMUR.Mediajurnalindonesia.id – Dalam rangka memperingati HUT TI ke 77 dan Bulan Sura, Penghayat Sapta Darma mengadakan kegiatan pagelaran wayang di Sanggar Candi Busono
Dian Jennie Cahyawati S.Sos ketua panitia mengatakan dalam rangka Pahargian Sura 1956 Saka Jawa sekaligus memperingati Perayaan Hari Kemerdekaan RI yang ke-77, kalau dilihat dari kalender Jawa juga bersamaan pada Bulan Sura dan kegiatan ini penutupan penanggalan Sura. Seluruh penghayat kepercayaan khususnya kepercayaan Sapta Darma selalu melaksanakan peringatan Sura itu setiap tahun dan karena kemarin pandemi covid, jadi kami absen untuk tidak melakukan kumpul bersama.
“Pada tahun ini terasa spesial karena Bulan Sura bertepatan dengan HUT RI serta pandemi mulai mereda sehingga bisa mengadakan kegiatan di luar ruangan atau kumpul bersama,” kata Dian
Semar Babar Wahyu Katentreman itu sengaja kami ambil karena melihat situasi di mana pandemi covid yang kemarin melanda dan itu juga membuat masyarakat kita terdampak secara ekonomi maupun yang lainnya. Semoga di tahun 1956 Saka Jawa ini akan mendapatkan anugerah dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa untuk semua masyarakat dan bangsa. Kita diingatkan bahwa ketentraman itu adalah modal dasar bagi pembangunan sebuah bangsa. Bagaimana semuanya bisa menjaga persatuan dan kerukunan untuk bisa hidup tentram dan damai.
“Tema Semar Babar Wahyu Katentreman kita tampilkan di pagelaran wayang karena adanya pandemi covid yang melanda sehingga banyak masyarakat yang terdampak, Semoga kita mendapatkan anugerah, ketentraman dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa,” tambah Jennie
Naen Soeryono SH. MH. Penasehat Penghayat Sapta Darma menerangkan kita peringati Bulan Sura dan HUT RI ke 77 dengan cara gebyar wayang kulit, karena wayang merupakan budaya leluhur, yang merupakan tuntunan spiritual, tuntunan rohani dan tidak terpisahkan dengan jati diri bangsa Indonesia atau Nusantara.
“Peringatan Bulan Sura dan HUT RI dengan mengelar wayang kulit karena memiliki budaya yang luhur dan tuntunan spiritual,” terang Naen
“Generasi muda maupun yang akan datang harus mampu mempertahankan budaya Nusantara yang Adi Luhur secara moril dalam berkehidupan bermasyarakat,” tambah Soeryono
Soeryono menekankan generasi muda ingat dan harus mempertahankan budaya leluhur Nusantara. Karena leluhur bangsa Indonesia itu sangat luar biasa budayanya, nilai-nilai etika, moral, spiritualnya sangat mempunyai makna yang hakiki tentang hakikat ketuhanan, maka untuk generasi muda jangan pernah lupakan budaya leluhur bangsa ini walau ada gempuran budaya dari Timur atau Barat. Kita menyadari bahwa budaya global itu tidak akan bisa dielakkan tetapi kita sebagai warga negara yang mempunyai budaya bangsa yang luar biasa sebagai jati diri bangsa. Hal ini tentu budaya kita harus tetap dilestarikan karena nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Jadi budaya Nusantara ini merupakan fondasi mental spiritual dan jati diri bangsa Indonesia.(msa)